Selasa, 22 Juni 2010

Istiqomah itu mempesona

SETITIK OASE UNTUK PENGGENGGAM BARA

Saya dan tentu saja anda adalah orang-orang yang memendam rindu kepada surga-Nya. Namun sayapun lebih yakin bahwa kita tahu bersama surga tidak didapat dengan percuma tetapi ia mesti ‘dibeli’ dengan harga yang tinggi dan komitmen membaja terhadapnya. Hal ini membuat saya merenung hingga di suatu sore usai menghabiskan ujian semester dan menunggu masa-masa liburan ke kampung,tanah Soppeng yang tercinta.Di tengah masa jenak itu saya sempatkan membuka lembaran demi lembaran kitab Mausu’atul Qashash al-Muatstsiroh tulisan Syaikh Ahmad Salim Baduwailan.


Kisah ini berawal ketika Syaikh Ahmad Ash-Shuyan dan tim dokter mengadakan wisata dakwah ke Bangladesh.
Tatkala mereka mendirikan kemah sebagai tempat pelayanan pengobatan bagi orang yang sakit mata. Suatu hari seorang lelaki tua bersama istrinya datang untuk mendapatkan pengobatan. Mendekatlah sang dokter ,namun tiba-tiba istri lelaki tersebut menangis dan ketakutan. Dokter itu mengira bahwa wanita tersebut kesakitan akibat penyakit yang dideritanya. Bertanyalah dokter kepada sang suami mengenai perihal istrinya,kenapa ia sampai menangis. Si suami menjawab “ Dia menangis bukan karena sakit .Dia menangis karena dia terpaksa akan membuka wajahnya kepada laki-laki lain.”
Tadi malam di tidak bisa tidur karena gelisah dan bingung. Dia menegur saya “Apakah kamu rela bila aku membuka wajahku ?” tanyanya.
Dia baru luluh untuk datang berobat setelah sang suami bersumpah bahwa Allah memperbolehkan hal itu dalam kondisi darurat. Karena Allah telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia.

… فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Tapi barangsiapa yang terpaksa,tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas,maka tidak ada dosa baginya.Sungguh Allah Maha Pengampun,Maha Penyayang.” (QS.Al-Baqorah:173).

Mendekatlah sang dokter,namun wanita itu menjauh dan bertanya “Anda Muslim? “
“Ya” jawab dokter.”Jika anda muslim,maka saya minta kepada anda untuk tidak membuka hijab saya. Kecuali jika anda yakin bahwa Allah memperbolehkan hal itu bagi anda !”
Operasi terhadap wanita itu berjalan lancar dan iapun bisa melihat kembali berkat karunia Allah.
Dia pernah berkata bahwa sekiranya bukan untuk membaca al-Qur’an dan melayani suami beserta anaknya niscaya ia lebih bersabar menerima kondisi matanya agar tidak ada laki-laki lain yang menyentuhnya.

Saya sejenak terdiam dengan penuh kagum tentang arti sebuah komitmen setelah membaca kisah tersebut.Duhai,mulianya pancaran sinar keimanan yang dibangun di atas komitmen dan jauh dari sikap yang dibuat-buat. Bandingkan sendiri dengan para wanita penyeru modernisasi dengan merusak rasa malunya beserta nilai-nilai islamiyah yang telah ditetapkan oleh-Nya.Ya, bandingkanlah dengan yang menjaga sebuah ikrar keimanan beserta konsekuensinya.
Istiqomah dengan satu prinsip dalam kodisi apa saja, yaitu prinsip taqwa kepada Allah. Yang akan menjadi pegangan dalam kondisi apapun. Dengannya akan lahir sebuah kebahagiaan yang mengubah keadaan sempit menjadi lapang. Itulah yang akan kita dapatkan di dunia. Lalu di akhirat ????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar